BAB
I
PENDAHULUAN
TEORI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan
atau Leadership berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun, bina, atau
bimbing. Dengan demikian, kepemimpinan merupakan hal yang berhubungan dengan
proses menggerakan, memberikan tuntunan, membina, membimbing, menunjukkan
jalan, memberi contoh keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan
menyakinkan orang lain.
“Kepemimpinan adalah sebagai
proses mempengaruhi kegiatan yang diorganisir dalam kelompok di dalam usahanya
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.” Dalam hal ini dimaksudkan
bahwa kepemimpinan selalu menyangkut dalam hal mempengaruhi orang lain demi
tercapainya suatu tujuan yang baik. Seorang pemimpin dituntut memiliki tanggung
jawab yang besar dan mampu menunjukkan jalan yang baik atau benar, namun dapat
pula dituntut untuk mengepalai suatu pekerjaan atau kegiatan.
Kepemimpinan mempunyai pengertian
dan definisi yang berbeda. Para peneliti dan praktisi mendefinisikan kepemimpinan
sesuai dengan perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik
perhatian mereka. Sehingga menurut penelitian Bass & Stogdill (dalam Yukl,
1998) mengenai pengertian dan definisi kepemimpinan menyimpulkan bahwa “...terdapat
hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan
dengan jumlah orang yang telah mencoba
mendefinisikan konsep tersebut.” Pendapat ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Hughes, et all (2002) bahwa perbedaandefinisi kepemimpinan
karena perbedaan
TEORI KOMUNIKASI
Komunikasi
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya komunikasi yang
baik dan terarah maka akan tercapai sebuah kesuksesan entah itu dalam hal
pekerjaan maupun pergaulan. Menurut seorang ahli bernama Effendy tahun 2000,
beliau pernah berbicaraa mengenai arti komunikasi yaitu “Komunikasi adalah
proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam
situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap
atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang
diharapkan.” Dengan adanya komunikasi, segala hal informasi dapat disampaikan
secara langsung dan cepat. Tidak ada orang yang dapat eksis atau terkenal tanpa
adanya komunikasi. Oleh sebab itu komunikasi amat sangat dibutuhkan terutama
dalam bidang pekerjaan.
TEORI MOTIVASI
Motivasi
dibutuhkan oleh setiap orang agar orang tersebut terpanggil dan bersemangat
untuk melakukan kegiatan yang akan dia lakukan. Menurut seorang ahli
bernama Mangkunegara pada tahun 2005, beliau mengemukakan pendapatnya tentang
arti motivasi yaitu “motivasi terbentuk dari sikap (attitude)
karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi
merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau
tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang
pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya
untuk mencapai kinerja maksimal”. Mangkunegara juga mengemukakan
teori Hierarki Kebutuhan Maslow yang berisi :
1. Kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai
kebutuhan yang paling dasar
2. Kebutuhan
rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
3. Kebutuhan
untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok,
berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
4. Kebutuhan
akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
5. Kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan,
skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide,
gagasan dan kritik terhadap sesuatu.
Ciri-ciri
motivasi :
1. Tekun
menghadapi tugas
2. Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3. Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah
4. Lebih
senang bekerja mandiri
5. Tidak
cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
6. Dapat
mempertahankan pendapatnya
7. Tidak
cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
8. Senang
mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
TEORI PENGEMBANGAN KARIR
Pengembangan
karier merupakan tanggung jawab suatu organisasi yang menyiapkan karyawan
dengan kualifikasi dan pengalaman tertentu, agar pada saat dibutuhkan
organisasi sudah memiliki karyawan dengan kualifikasi tertentu. Menurut seorang
ahli bernama Veithzal Rivai pada tahun 2009, beliau mengemukakan arti dari
karir tersebut yaitu ,“Karir terdiri dari semua pekerjaan yang ada selama
seseorang bekerja, atau dapat dikatakan bahwa karir adalah seluruh jabatan yang
diduduki seseorang dalam kehidupan kerjanya”. Beliau juga mengemukakan
pengertian dari keseluruhan arti pengembangan karir dari sudut pandangnya
sendiri, yaitu “Pengembangan karir adalah proses peningkatan kemampuan
kerja individu yang dicapai dalam rangka memcapai karir yang di inginkan”.
BAB
II
ISI
A.
Hubungan Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan
Hubungan
antara kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan yang diungkapkan
pada hasil penelitian para ahli terhadap kepemimpinan transformasional dalam
Suryanto (2006) adalah sebagai berikut:
1.
Walumbwa,
et.al. (2004), kepemimpinan transformasional berhubungan positif dengan
komitmen, kinerja dan kepuasan kerja.
2.
Ozaralli
(2003), kepemimpinan transformasional berkontribusi terhadap prediksi adanya
pemberdayaan pada bawahan. Adanya pemimpin transformasional mengakibatkan
anggota tim mengalami pemberdayaan. Semakin mereka mengalami pemberdayaan,
semakin efektif pula tim itu.
3.
Boehnke
& Bontis (2003), walau penerapan prinsip kepemimpinan transformasional
perlu adaptasi untuk berbagai negara, secara universal gaya kepemimpinan
transformasional membantu pemimpin memimpin karyawan lebih efektif dan menghasilkan
kinerja terbaik.
4.
Langbert
& Friedman (2003), pemimpin transformasional memiliki kemampuan motivasi
bawahan dan memungkinkan mereka mempertahankan prestasi dan mencapai perubahan
yang revolusioner.
5.
Sparks
& Schenk (2001), kepemimpinan transformasional sungguh-sungguh dapat
mentransformasi pengikut dengan mendorong mereka melihat tujuan yang lebih
tinggi pada dunia kerja dan mendorong pencapaian kinerja yang terbaik.
B.
Hubungan Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain.
Suatu komunikasi yang tepat tidak bakal terjadi kalau tidak penyamapian berita
tadi menyampaikan secara patut dan penerima berita menerimanya tidak dalam
bentuk distrosi. Definisi komunikasi menyatakan bahwa komunikasi adalah
kegiatan menggunakan symbol-simbol dalam rangaka menyampaikan sesuatu tentang
suatu objek.
Suasana
kerja yang kondusif dan komunikasi efektif yang terjadi antara atasan dan
bawahan maupun sesama karyawan sangat dibutuhkan oleh setiap karyawan, karena
pada dasarnya karyawan sebagai sumber daya manusia memerlukan sesuatu yang
dapat memacu keinginan mereka untuk dapat bekerja dengan giat sehingga dapat
dicapai hasil kerja yang diinginkan organisasi. Kelancaran komunikasi
mendorong kepada para pegawai untuk lebih meningkatkan kreativitas dan semangat
kerja sesuai dengan batas kemampuan masing-masing. Wursanto (2004 : 60) menyatakan
komunikasi dalam organisasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
1)
Menimbulkan
rasa kesetiakawanan dalam loyalitas antara pegawai.
2)
Meningkatkan
kegairahan kerja para pegawai.
3)
Meningkatkan
moral dan disiplin para pegawai.
4)
Semua
jajaran pimpinan dapat mengetahui keadaan bidang yang menjadi tugasnya sehingga
akan berlangsung pengendalian operasional yang efisien.
5)
Semua
pegawai dapat mengetahui kebijaksanaan, peraturan-peraturan,
ketentuan-ketentuan, yang telah ditetapkan pimpinan organisasi.
6)
Semua
informasi, keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh para pegawai dapat dengan
cepat dan tepat diperoleh.
7)
Menigkatkan
rasa tanggung jawab semua pegawai.
8)
Menimbulkan
saling pengertian diantara pegawai.
9)
Meningkatkan
kerja sama (team work) di antara para pegawai.
10) Meningkatkan semangat korp
atau esprit de corp di kalangan para pegawai.
C.
Hubungan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan
Motivasi
kerja karyawan dalam suatu organisasi dapat dianggap sederhana dan dapat pula
menjadi masalah yang kompleks, karena pada dasarnya manusia mudah untuk
dimotivasi dengan memberikan apa yang menjadi keinginannya. Masalah motivasi
kerja dapat menjadi sulit dalam menentukan imbalan dimana apa yang dianggap
penting bagi seseorang karena sesuatu yang penting bagi seseorang belum tentu
penting bagi orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Listianto dan Setiaji
(2007) menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo
dan Wahyuddin (2003) mendukung penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, dan
dalam penelitian ini juga menyatakan motivasi merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Dari penelitian terdahulu, hubungan antara
motivasi dan kinerja berbanding lurus, artinya bahwa semakin tinggi motivasi
karyawan dalam bekerja maka kinerja yang dihasilkan juga
tinggi. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen yang
efektif. Selain motivasi, untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam manajemen
efektif memerlukan dukungan karyawan yang cakap dan kompeten di bidangnya. Di
sisi lain pembinaan para karyawan termasuk yang harus diutamakan sebagai aset
utama perusahaan. Proses belajar harus menjadi budaya perusahaan sehingga
keterampilan para karyawan dapat dipelihara, bahkan dapat ditingkatkan. Dalam
hal ini loyalitas karyawan yang kompeten harus diperhatikan.
Pada
hakikatnya konflik tidak bisa dihindari tetapi bisa diminimalkan agar konflik
tidak mengarah keperpecahan, permusuhan bahkan mengakibatkan suatu organisasi
mengalami kerugian. Tetapi, jika konflik dapat diolah dengan baik maka suatu
organisasi memperoleh keuntungan yang maksimal seperti menciptakan persaingan
yang sehat anatr karyawan. Jadi, pihak manajemen dapat menangkap gejala-gejala
dan indikator-indikator konflik yang berdampak konstruktif dan konflik yang
berdampak destruktif. Pihak manajemen harus bener-bener jeli dalam melihat,
memperhatikan dan merasakan perilaku-perilaku karyawannya agar konflik yang
negatif dapat ditekan. Konflik bisa menimbulkan dampak negatif misalnya,
melemahnya hubungan antar pribadi, timbulnya sikap marah, perasaan terluka, keterasingan.
Akibat dari itu semua aktivitas produksi dapat terganggu karena akan terjadi
pemborosan waktu dan energi untuk memenangkan, individu-individu yang terlibat
akan mengalami stress yang dapat mengurangi kinerjanya. Akan tetapi, tidak
hanya itu saja akibat yang ditimbulkan oleh konflik yang tidak ditangani secara
cermat dan tepat, dapat pula berakibat langsung pada diri karyawan, karena
mereka berada dalam suasana serba salah, sehingga mengalami tekanan jiwa
(stress).
E.
Hubungan Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan
Dari
beberapa komponen pengembangan karir hampir sebagian besar sudah dimiliki,
meskipun dalam pelaksanaan-nya dilakukan dengan derajat yang berbeda. Diantara
sekian banyak komponen, ternyata program yang telah dilaksanakan secara konsisten
adalah pusat penilaian karyawan. Komponen pengembangan karir yang lainnya
seperti lokakarya perencanaan karir, buku catatan Karir, Sistem Penempatan
kerja, inventori kemampuan / keterampilan, jenjang dan jalur karir, sumber
karir, pengetesan psikologis, perkiraan promosi, rencana beasiswa,
seminar-seminar dan pelatihan eksternal, program karir untuk kelompok sasaran
khusus (jalur cepat bagi karyawan berprestasi, penyelia dan manajer, eksekutif
senior, karyawan profesional, karyawan teknis, wanita) sudah dilaksanakan
meskipun belum konsisten. Sedangkan komponen-komponen lainnya mengenai pusat
penilaian, program rotasi kerja, program pelatihan internal, dan program
monitoring formal kadang-kadang dilaksanakan. Bentuk komitmen dari pihak
manajemen puncak terhadap pengembangan karir
karyawannya adalah dengan memberikan beberapa perlakuan, misalnya berupa promosi, kenaikan gaji, dan juga dengan memberikan konseling non formal kepada setiap karyawan yang memerlukan. Adapun bentuk kerja sama dengan para manajer lini dalam pengembangan karir karyawan adalah dengan diselenggarakannya pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal, pengarahan, dan monitoring. Untuk menghindari adanya informalitas dan subyektivitas dalam pengembangan karir karyawan, biasanya penilaian dilakukan tidak hanya oleh manajer pada bagiannya, tetapi oleh beberapa manajer yang mempunyai keterkaitan tugas. Pada dasarnya yang bertanggung jawab dalam kegiatan pengembangan karir karyawan adalah atasannya langsung, middle management dan top management.
karyawannya adalah dengan memberikan beberapa perlakuan, misalnya berupa promosi, kenaikan gaji, dan juga dengan memberikan konseling non formal kepada setiap karyawan yang memerlukan. Adapun bentuk kerja sama dengan para manajer lini dalam pengembangan karir karyawan adalah dengan diselenggarakannya pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal, pengarahan, dan monitoring. Untuk menghindari adanya informalitas dan subyektivitas dalam pengembangan karir karyawan, biasanya penilaian dilakukan tidak hanya oleh manajer pada bagiannya, tetapi oleh beberapa manajer yang mempunyai keterkaitan tugas. Pada dasarnya yang bertanggung jawab dalam kegiatan pengembangan karir karyawan adalah atasannya langsung, middle management dan top management.
BAB
III
Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa kinerja antara satu orang karyawan dengan yang lainnya dapat
saja berbeda, karena faktor – faktor pendorong yang berbeda. Kinerja karyawan
sangat penting oleh karena kinerja seorang karyawan dalam sebuah instansi akan
menentukan efektif tidaknya kinerja instansi tersebut. Apabila kinerja karyawan
tidak baik, maka kinerja instansipun menjadi tidak baik. Begitu juga sebaliknya
apabila kinerja karyawan baik maka kinerja instansipun menjadi baik. Dan dapat
dinyatakan bahwa kinerja adalah tingkat kerja yang dicapai oleh seseorang
dengan syarat – syarat yang telah ditentukan. Kinerja dipengaruhi oleh faktor –
faktor sebagai berikut : 1) Faktor individual yang terdiri dari : kemampuan,
dan faktor demografi ; 2) Faktor psikologis yang terdiri dari : sikap,
motivasi, persepsi, personality dan pembelajaran; 3) faktor
organisasi yang terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur,
dan job design. Secara individual ditunjukkan bahwa :
a.
Kepemimpinan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
b.
Komunikasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
c.
Motivasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
d.
Konflik mempunyai pengaruh yang baik dan tetapi tidak signifikan terhadap
kinerja karyawan.
e.
Pengembangan karir mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kinerja
karyawan.